Memiliki latar belakang pendidikan non perhotelan
namun berkarier di dunia perhotelan dan memegang jabatan tertinggi di hotel.
Inilah sosok M. , GM Aston Solo Hotel. Pria kelahiran Meranjat,
Ogan Ilir, Sumatera Selatan, 31 Mei 1957 ini juga dikenal sebagai da’i dan
motivator.
“Latar belakang pendidikan saya madrasah dan IAIN.
Waktu SMP saya sudah mengajar bahasa Arab dan bahasa Inggris. Saya intinya
senang belajar dan yakin kalau kita mau belajar pasti bisa. Tempat belajar bisa
dimana saja,” ungkapnya.
M. Nasir Mattusin |
Nasir membuktikan keyakinannya saat mengikuti magang
kerja di hotel. Ia mengambil tiga shif dalam sehari. Tujuannya bukan materi,
tetapi pengalaman. Banyak hal yang bisa ia pelajari dan bisa dijadikan bekal
untuk mencapai level berikutnya. Selain itu kegemarannya membaca dan berdiskusi
menambah wawasannya.
Kariernya di dunia
perhotelan mulai dari menjadi resepsionis di hotel Swarna Dwipa,
Palembang tahun 1980. Dua tahun kemudian ia menjadi Front Office Manager Hotel
Dena Bengkulu lalu Manajer Hotel Pantai Nala Bengkulu tahun 1989. Dari
Bengkulu, pria yang gemar bermain tenis meja dan bola boli ini menjadi Asisten
Manajer Sheraton Lampung sejak 1990.
Kariernya di Sheraton Lampung terus menanjak. Ia
sempat menduduki jabatan Front Office Manager, Sales Manager, Hotel Manager
hingga General Manager. Nasir merupakan orang Indonesia pertama yang menjadi GM
di grup hotel Sheraton. Prestasinya yang lain menjadi pengumpul membership
Sheraton terbanyak di dunia dan ia pun dianugerahi penghargaan best of the
best.
Dari Lampung, Nasir “terbang” ke Jakarta tahun 2003
menjadi Acting General Manager Sheraton Media Jakarta lalu Executive Assistant
Manager Sheraton Bandara Jakarta hingga 2004. Dari Ibu Kota, kariernya
menjelajahi Kota Gudeg. Penghobi mincing ini menjadi General Manager Sheraton
Mustika Yogyakarta Resort & Spa sampai tahun 2008.
“Saat di Yogyakarta saya punya pengalaman berkesan.
Hari Jumat sebelum kejadian gempa Bantul tahun 2006, saya jadi khatib saat
shalat Jumat di halaman hotel. Saat itu saya katakan, bencana alam bisa terjadi
kapan saja kalau Tuhan sudah murka. Manusia tidak pernah tahu. Usai Jumatan,
saya ke bandara tanpa persiapan. Saya pulang ke Lampung karena keluarga di
Lampung. Keesokan harinya terjadi gempa bumi. Jaringan komunikasi sulit. Anak
buah saya bingung, mereka tidak tahu saya ada di mana. Untungnya ada yang berhasil
menghubungi saya. Saya bilang saya di Lampung dan akan balik ke Jogja,”
kenangnya.
Sampai di Yogyakarta, Nasir bersyukur karena tidak
ada staf hotel maupun tamu hotel yang terluka. Semua berhasil dievakuasi dengan
cepat. Hanya ada beberapa kerusakan di bangunan hotel. Demi keamanan, staf dan
tamu tidur di depan hotel. Kerja keras tim Sheraton Mustika Yogyakarta diganjar
penghargaan oleh media Strait Times karena berhasil menyelamatkan tamu-tamu
hotel.
Perjalanan karier Nasir berlanjut ke Bandung dari tahun
2008 hingga 2012. Ia menjadi General Manager Aston Tropicana Hotel & Plaza
Bandung. Sejak 2013, pria yang juga senang mengajar dan menjadi motivator ini
menjadi General Manager Aston Solo.
Hotel Aston Solo |
“Jadi bos tidak boleh hanya duduk saja, harus jalan.
Bos juga harus siap dibenti kalau menegakkan kebenaran. Kalau instruksi ya
harus dikerjakan, tidak ada ruang diskusi. Kalau marah, marah yang ikhlas
seperti marah kepada anak. Sebagai pimpinan juga harus bisa mengombinasikan
antara memimpin dengan hati dan memimpin dengan kekuasaan. Kalau memimpin
dengan hati saja, pemimpin akan lemah. Kalau memimpin dengan kekuasaan,
pemimpin jadi otoriter,” ujar pria yang memiliki moto love and care ini.
Sebagai GM, Nasir sadar dengan tanggung jawab dan
amanah ini. Karenanya ia terus belajar. Baginya bekerja itu belajar yang
dibayar. Orang yang bisa hidup adalah orang yang mau bekerja. Bekerjanya harus
total dan tuntas.
JAGA BUDAYA
Terkait dengan perkembangan pariwisata saat ini,
Nasir mengakui ada perubahan yang signifikan. Dulu, orang yang bekerja di
sektor pariwisata khususnya perhotelan dipandang sebelah mata. Namun, seiring
perkembangan, sektor pariwisata menjadi sektor unggulan karena tak akan habis.
Sekarang tergantung bagaimana komponen pariwisata dan masyarakat saling
bersinergi menjaga budaya.
Ia pun mengagumi Bali yang sudah terkenal di dunia
pariwisata. Nasir kagum dengan alam Bali yang indah. “Kondisi masyarakat Bali
yang majemuk dan memiliki toleransi beragama yang kuat, menjadi kekuatan Bali
untuk selalu diingat wisatawan. Selain itu, manusia Bali pun masih teguh
memegang adat istiadatnya,” tegasnya.
Nasir juga mengingatkan agar masyarakat Bali maupun
Indonesia bisa menjaga keaslian Bali. "Bali itu kalau untuk keindahan alam
dan budayanya tidak kalah dengan Malaysia dan Thailand. Malah lebih
unggul," katanya. Kekuatan Bali itu harus bisa dijaga sehingga wisatawan
tidak meninggalkan Bali. "Bali itu, kalau kita ada di acara-acara
internasional, pasti selalu menjadi kebanggaan pelaku pariwisata. Ibaratnya
Bali merupakan ikonnya pariwisata nasional," ungkapnya.
Nasir dan keluarga Ngurah Budi |
Sebagai praktisi pariwisata, ia melihat ada tiga
masalah yang dinilainya masih menjadi persoalan di Bali. Pertama, soal sampah. Perlu
ada penanganan yang segera untuk persoalan sampah agar Bali tetap menjadi
sebuah destinasi pilihan wisatawan. Kedua, soal kemacetan. Sejumlah jalan-jalan
menuju objek wisata di Bali mengalami kemacetan, terutama pada saat libur
panjang. Kondisi ini pun, perlu dicarikan solusi sehingga Bali tetap nyaman
dikunjungi. Ketiga, menyangkut pewarisan budaya ke generasi muda. Generasi muda
harus lebih peduli dengan budaya atau tradisi. Kalau diabaikan, 20-30 tahun ke
depan kebudayaan akan hilang. (Ngurah Budi)
Assalamualaikum pak Nasir.....nuwunsewu syarat Sugiarto (Jogja). Apa kbr pak Nasir, mudah" and BPK skluarga senantiasa dlm limpahan Berkah,Rahmat Alloh SWT.Sy kangen Bpk......
BalasHapus