Hidup
sehat merupakan impian dari semua orang. Berbagai cara dilakukan untuk bisa
hidup sehat. Salah satunya dengan rajin olahraga.
Saya
termasuk orang yang ingin hidup sehat. Dari kecil saya senang olahraga, walau
hanya sekadar saja. Main sepak bola, wajib. Posisi favorit saya kiper, karena
tidak perlu banyak lari. Saya juga senang main biliar, pingpong, basket, kasti,
bersepeda, dll. Saking banyaknya, saya hanya sekadar bermain saja, istilahnya “follower”
kecuali untuk biliar.
Waktu
kelas 5 SD, di rumah punya empat meja biliar untuk disewakan. Tiap hari saya berkutat
dengan stik dan bola biliar. Pola permainan saya terasah dari hasil melihat dan
latihan. Lawan saya lebih sering orang dewasa karena saya ditolak untuk bermain
melawan anak-anak sebaya.
Masuk
SMP 3 Abiansemal, saya suka naik sepeda. Jarak rumah dan sekolah sekitar 3 km
saya tempuh dengan naik sepeda bersama teman-teman. Kalau hujan atau sedang
malas, kami naik BMW (Bemo Merah Warnanya), angkutan warna merah jurusan
Denpasar-Peguyangan-Pelaga.
Pelajaran
olahraga jadi salah satu favorit saya, terutama sepak bola. Sekolah kami bersebelahan
dengan lapangan sepak bola. Sejak SMP, saya tak mau lagi jadi kiper. Saya
memilih sebagai sayap kiri. Walau pun suka sepak bola, saya tidak memilih
ekskul sepak bola. Pilihan saya Tari dan Jurnalistik. Saya dan beberapa teman
menjadi pionir majalah sekolah yang diberi nama Ganeswara.
Saat
SMA tahun 1994, saya mencoba menjadi vegetarian. Saya hanya makan sayuran.
Lauknya tahu dan tempe. Banyak saudara yang heran dengan pilihan saya. Ada yang
mendukung, ada yang menyarankan hidup biasa saja karena sedang dalam masa
pertumbuhan. Saya sebenarnya dalam masa eksperimen, apakah benar vegetarian
bisa membuat hidup sehat.
Hidup sehat dengan olahraga dan istirahat teratur |
Salah
satu pembuktian saya, pola vegetarian membuat saya lebih kuat saat
berlari. Stamina saya menjadi lebih baik
dibanding teman-teman. Kalau ada olahraga lari, lari saya termasuk kencang dan
di barisan depan. Selain lari, saya mencoba taekwondo. Kebetulan, ada ekskul
baru di SMA 7 Denpasar. Gerakan taekwondo yang banyak menggunakan kaki membuat
saya yakin, ini cocok dengan saya. Untuk melatih kelenturan kaki, saya menambah
porsi latihan di rumah. Hasilnya, saya bisa split.
Latihan
taekwondo berlanjut ketika saya kuliah di UPN “Veteran” Yogyakarta tahun 1997.
Ada tempat fitness yang memiliki dojang. Saya ikut fitness sekalian taekwondo.
Awalnya semua berjalan lancar. Masuk tahun kedua, saya mulai banyak tugas dan
jarang latihan. Tubuh pun jadi melar. Berat badan saya pernah 64 kg. Ini berat
paling berat dari badan saya.
Untuk
mengurangi berat badan, saya diet dengan mengonsumsi kentang rebus. Pilihan ini
sekaligus untuk penghematan. Ternyata hasilnya menggembirakan. Berat badan kembali
ke 60 kg. Ideal untuk yang memiliki tinggi 170 cm. Saya juga ikut UKM Bola Voli
untuk menjaga kebugaran, walaupun tidak jadi pemain inti.
Selama
kos di Kota Gudeg, saya punya kebiasaan minum kopi bersama teman-teman. Sehari
kami bisa ngopi dua kali, pagi dan sore. Pagi hari, ngopi sambil baca koran dan
ngobrol tentang berbagai hal. Kopinya bisa kopi sachet yang dibeli di warung dekat kos.
Kopi hitam |
KOMBINASI KOPI
DAN LARI
Saya
kembali ke Bali tahun 2002. Sambil mencari pekerjaan, saya tetap olahraga. Saya
memilih basket. Kebetulan ada halaman kosong di rumah yang dijadikan lapangan
kecil. Kegemaran saya olahraga terhenti ketika saya mengalami hernia. Operasi
menjadi solusinya. Saya pun harus istirahat, tak boleh olahraga.
Seminggu
setelah operasi, saya diterima bekerja di Bali Post. Tiap Jumat, ada olahraga senam
Usada yang gerakannya tidak terlalu berat. Saya pun bisa mengikutinya. Bekerja
sebagai wartawan ternyata membuat pola makan saya kacau balau. Penyakit maag
dan gejala tipus menjadi langganan. Setelah setahun berlalu, saya mulai
menemukan ritme. Pola makan bisa saya atur termasuk waktu istirahat.
Setelah
menikah, pola hidup saya menjadi lebih teratur. Istri saya, Diah Dewi juga
wartawan. Kami dikaruniai satu putra, Ragnala Pratama yang akrab disapa Ata.
Kebiasaan
saya minum kopi mulai lagi Juni 2015 ketika nenek saya meninggal. Persiapan
acara pengabenan menjadi salah satu alasan saya ngopi. Dalam sehari bisa sampai
tiga kali. Kopi tubruk yang manis terasa enak saat diminum, tetapi setelahnya
mulut jadi pahit.
Saya
mencoba untuk mengubah minuman. Saya minum kopi pahit alias kopi tanpa gula.
Saat pertama minum, rasanya benar-benar pahit. Tetapi, saya habiskan. Ternyata
setelah minum, mulut saya tidak terasa pahit. Malah ada rasa-rasa manis. (Ingat minum air putih setelah ngopi ya).
Sejak itulah saya minum kopi pahit.
Ketika
ada event Maybank Bali Marathon 2015, saya mengantarkan istri untuk liputan.
Saya melihat antusiasme ribuan peserta ikut event lari itu. Saya heran, apa
yang mereka cari. Pandangan saya lalu tertuju pada seorang ibu-ibu gemuk yang
berhasil mencapai garis finish dan mendapat medali finisher. Saya pun jengah. Ibu itu bisa, mengapa saya tidak.
Akhirnya muncul niat untuk ikut Maybank Bali Marathon 2016.
"Lari itu bertarung melawan diri sendiri. Kalau kita sudah bisa mengalahkan diri sendiri, kita akan lebih mudah mengatasi orang lain"
Saya
pun mulai latihan lari. “Pelatih” saya di Jakarta. Namanya Faizin Kadni. Dia
teman kuliah yang dulu malas olahraga tetapi sekarang jadi pelari yang sudah
ikut beberapa major event marathon.
Faizin memberi beberapa tips dan cara lari yang baik. Saya juga belajar dari
internet. Saya pun latihan lari di taman kota Lumintang dan lapangan Renon.
“Pelatih”
saya yang satunya ada di Surabaya. Juniko Hutauruk, ipar saya yang juga hobi
lari. Kami sering diskusi tentang cara lari. Saya juga diberikan program
latihan untuk 10K.
Medali finisher pertama dari event MBM 2016 |
Akhirnya
28 Agustus 2016 menjadi momen istimewa saya, pertama kali ikut event lari. Saya
berhasil menyelesaikan lari 10 K dengan waktu 1 jam 20 menit. Saya hampir
menyerah ketika berada di KM 8. Lutut kiri saya sakit. Kalau berhenti,
perjuangan dan latihan saya akan sia-sia. Saat itulah saya sadar, lari itu
bukan untuk bersaing atau mengalahkan orang lain. Lari itu bertarung melawan
diri sendiri. Kalau kita sudah bisa mengalahkan diri sendiri, kita akan lebih
mudah mengatasi orang lain.
Medali finisher BCA Bali Run 2017 |
Setelah
pecah telor, saya ikut lagi Astra Green Run 2016. Ini lari lintas alam di
daerah Taro, Tegallalang. Saya pun makin senang lari, terutama lari dari tugas wkwkwkwk….
Satu
ritual saya sebelum lari adalah minum kopi pahit. Ini saya lakukan 2 jam
sebelum lari. Lama-lama muncul ide untuk buat nama Generasi Pecinta Kopi dan
Lari (Gentakori). Ada lawan ajak minum kopi, ada kawan ajak lari. Tiap habis lari, saya ceritakan pengalaman.
Ini gunanya jadi runjou (runner journalist).
Event
lari yang saya ikuti hanya di Bali karena saya masih amatir. Saya pernah ikut
Maybank Bali Marathon 2017 dan BCA Bali Run 2017. Cerita tentang event lari ini
ada di bagian lain blog ini. Salam Gentakori.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar