Miris hati dan meringis akal pikiran kita, menalar
ledakan bom bunuh diri dan aksi tembak-menembak di Sarinah, Kamis (14/1). Kejadian
ini pun dibahas dalam family discussion
time SD dan SMP Cendekia Harapan, Jimbaran.
Berbagai peringatan diberikan bagi tempat-tempat
publik di Jakarta dan Bali, yang banyak dihuni “orang bule” yang relatif empuk
menjadi sasaran kelaknatan suatu tujuan. Tentu hal ini membuat hati menjadi
was-was tidak hanya bagi WNA yang berada di Jakarta dan Bali, para wisatawan
tetapi juga WNI di kedua kota tersebut, karena tak jarang turut menjadi korban
sampingan dari target sasaran, seperti yang terjadi pada Bom Bali 2012. Berbagai
tempat publik pun menyiasati peningkatan keamanan bagi para pengunjung dengan
berbagai pengecekan.
“Suatu tempat publik yang mungkin tak banyak
dipikirkan akan menjadi sasaran tetapi sepatutnya bersiap diri dengan optimal
adalah sekolah. Tayangan-tayangan luar negeri tak jarang menceritakan ancaman
bom di suatu sekolah yang kemudian menyebabkan siswa diliburkan, dan kebanyakan
berakhir dengan diketahui bahwa itu adalah sekadar hoax,”ungkap Dr. Lidia Sandra, M.Comp.Eng.Sc, pengelola SD dan SMP
Cendikia Harapan.
Ia mengamati di Indonesia dalam lima tahun terakhir
ini, setidaknya ratusan sms diterima oleh orangtua murid di berbagai kota,
khususnya kota-kota besar. Modusnya menginfokan bahwa anak orangtua A misalnya
mengalami kecelakaan di sekolah, dan meminta orangtua untuk mentransfer
sejumlah uang untuk biaya pengobatan di rumah sakit. Yang sangat mengerikan
kebanyakan penelepon menelepon rumah dan mengatakan dengan detail kejadian di
mana dari bagian sekolah di mana kecelakaan terjadi (semisal di bawah tangga).
Ini menunjukkan seolah-oleh sang penelepon yang penipu mengetahui persis
keadaan sekolah, nama lengkap anak, orangtua dan guru.
“Setidaknya lima kali hal itu terjadi tahun lalu di
2015. Jika sebuah sekolah kecil yang bersiswakan sekitar 250 siswa mengalami
itu, bagaimana dengan sekolah yang ribuan jumlah muridnya. Tampak penelepon
sang penipu itu tahu betul letak geografis segala benda di sekolah,” ujarnya
tentang pengalaman sekolah yang berlokasi di Puri Gading, Jimbaran ini.
Sebagai langkah penanganan, pencegahan dan
peningkatan antisipasi kejadian serupa atau lebih buruk, Sekolah Cendekia
Harapan mengimplementasikan fingeprint
secure access di titik-titik masuk sekolah. Hanya anak dan orangtua yang
dapat memasuki area sekolah, sedangkan tamu hanya dapat berada di area tamu (foyer) sehingga dapat dipastikan jika
bukan orangtua siswa, pasti tidak mengetahui berbagai letak peralatan atau
ruangan di dalam sekolah.
Orangtua dan siswa bebas masuk kapan pun. Di parent’s lounge pun tersedia CCTV untuk
bagian dalam sekolah sehingga merasa bahwa sekolah ini adalah rumah kedua
mereka. Tiap saat orangtua dapat masuk ke kelas anak, dipersilakan mengamati
proses pembelajaran bahkan turut serta berpartisipasi menjadi guru.
GUNAKAN
NOMOR TELEPON SEKOLAH
Melangkah lebih jauh lagi dengan menggunakan
teknologi fingerprint yang terkoneksi
dengan modem dan handphone sekolah,
notifikasi terkirim otomatis kepada orangtua saat anak masuk dan keluar dari
area sekolah sehingga orangtua betul-betul merasa aman dan nyaman dan tidak
mungkin dapat percaya pada telepon atau sms penipu. Sekolah juga menerapkan
regulasi, pertolongan pertama setiap kali ada kecelakaan, semua guru dan
karyawan tersertifikasi First Aid
Professional Treatment dan langsung menelepon orangtua, sehingga nomor telepon
selain nomor telepon sekolah tidak mungkin akan menghubungi orangtua jika anak
yang mengalami kecelakaan.
Lingkungan yang aman tidak hanya mengenal ancaman
dari luar tetapi area-area tajam misalnya di daerah preschool patut dihindarkan. Baik dari lingkungan yang kita sebut
sebagai prepared environment yaitu
bahwa semua peralatan di sekeliling anak-anak patutlah aman dan sesuai dengan
usia mereka baik ketinggian, kegunaan maupun kekompleksan penggunaan peralatan.
“Selain itu faktor sangat besar lainnya yang
mendukung keamanan dan kenyamanan anak dan orangtua di sekolah adalah jalur
komunikasi yang sangat intensif lewat whatsapp maupun sms mengenai apapun
keadaan yang terjadi pada anak dari pihak sekolah,” ujar Lidia.
Sebagai rumah kedua bagi anak-anak didik, adalah
kewajiban semua sekolah untuk menjamin keselamatan, keamanan dan kenyamanan
anak-anak didik tersebut. Berbagai peralatan teknologi hanyalah sarana
pendukung bagi prepared environment,
guru dan karyawan yang betul-betul menjadi orangtua kedua untuk menjamin
keamanan dan kenyamanan anak. Kolaborasi orangtua dan guru hanya optimal saat
tercipta saling kepercayaan baik dari segi keamanan, kenyamanan dan kerja sama
yang aktif. Pelatihan berkala terhadap
bencana alam seperti banjir, gempa dan kebakaran pun dilakukan secara berkala
setiap tahunnya baik untuk anak 1,5 tahun- 14 tahun di lingkungan Cendekia
Harapan untuk menjamin anak-anak dan semua warga sekolah siap dengan keadaan
darurat apapun.
“Di dunia yang makin serba tidak pasti ini, keamanan
dan kenyamanan tak ternilai. Nyawa menjadi taruhan, uang dapat hilang dalam
sekejap. Raga manusia berharga setara dengan jiwanya, tak dapat dibayar dengan
asuransi atau security fund apapun,”
tegas Lidia yang juga pengajar matematika dan psikologi ini. –Ngurah Budi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar