Jumat, 22 Januari 2016

Orangtua boleh Masuk, Tamu hanya di "Foyer"



Miris hati dan meringis akal pikiran kita, menalar ledakan bom bunuh diri dan aksi tembak-menembak di Sarinah, Kamis (14/1). Kejadian ini pun dibahas dalam family discussion time SD dan SMP Cendekia Harapan, Jimbaran.
Berbagai peringatan diberikan bagi tempat-tempat publik di Jakarta dan Bali, yang banyak dihuni “orang bule” yang relatif empuk menjadi sasaran kelaknatan suatu tujuan. Tentu hal ini membuat hati menjadi was-was tidak hanya bagi WNA yang berada di Jakarta dan Bali, para wisatawan tetapi juga WNI di kedua kota tersebut, karena tak jarang turut menjadi korban sampingan dari target sasaran, seperti yang terjadi pada Bom Bali 2012. Berbagai tempat publik pun menyiasati peningkatan keamanan bagi para pengunjung dengan berbagai pengecekan.
“Suatu tempat publik yang mungkin tak banyak dipikirkan akan menjadi sasaran tetapi sepatutnya bersiap diri dengan optimal adalah sekolah. Tayangan-tayangan luar negeri tak jarang menceritakan ancaman bom di suatu sekolah yang kemudian menyebabkan siswa diliburkan, dan kebanyakan berakhir dengan diketahui bahwa itu adalah sekadar hoax,”ungkap Dr. Lidia Sandra, M.Comp.Eng.Sc, pengelola SD dan SMP Cendikia Harapan.




Ia mengamati di Indonesia dalam lima tahun terakhir ini, setidaknya ratusan sms diterima oleh orangtua murid di berbagai kota, khususnya kota-kota besar. Modusnya menginfokan bahwa anak orangtua A misalnya mengalami kecelakaan di sekolah, dan meminta orangtua untuk mentransfer sejumlah uang untuk biaya pengobatan di rumah sakit. Yang sangat mengerikan kebanyakan penelepon menelepon rumah dan mengatakan dengan detail kejadian di mana dari bagian sekolah di mana kecelakaan terjadi (semisal di bawah tangga). Ini menunjukkan seolah-oleh sang penelepon yang penipu mengetahui persis keadaan sekolah, nama lengkap anak, orangtua dan guru.
“Setidaknya lima kali hal itu terjadi tahun lalu di 2015. Jika sebuah sekolah kecil yang bersiswakan sekitar 250 siswa mengalami itu, bagaimana dengan sekolah yang ribuan jumlah muridnya. Tampak penelepon sang penipu itu tahu betul letak geografis segala benda di sekolah,” ujarnya tentang pengalaman sekolah yang berlokasi di Puri Gading, Jimbaran ini.
Sebagai langkah penanganan, pencegahan dan peningkatan antisipasi kejadian serupa atau lebih buruk, Sekolah Cendekia Harapan mengimplementasikan fingeprint secure access di titik-titik masuk sekolah. Hanya anak dan orangtua yang dapat memasuki area sekolah, sedangkan tamu hanya dapat berada di area tamu (foyer) sehingga dapat dipastikan jika bukan orangtua siswa, pasti tidak mengetahui berbagai letak peralatan atau ruangan di dalam sekolah.
Orangtua dan siswa bebas masuk kapan pun. Di parent’s lounge pun tersedia CCTV untuk bagian dalam sekolah sehingga merasa bahwa sekolah ini adalah rumah kedua mereka. Tiap saat orangtua dapat masuk ke kelas anak, dipersilakan mengamati proses pembelajaran bahkan turut serta berpartisipasi menjadi guru.

GUNAKAN NOMOR TELEPON SEKOLAH
Melangkah lebih jauh lagi dengan menggunakan teknologi fingerprint yang terkoneksi dengan modem dan handphone sekolah, notifikasi terkirim otomatis kepada orangtua saat anak masuk dan keluar dari area sekolah sehingga orangtua betul-betul merasa aman dan nyaman dan tidak mungkin dapat percaya pada telepon atau sms penipu. Sekolah juga menerapkan regulasi, pertolongan pertama setiap kali ada kecelakaan, semua guru dan karyawan tersertifikasi First Aid Professional Treatment dan langsung menelepon orangtua, sehingga nomor telepon selain nomor telepon sekolah tidak mungkin akan menghubungi orangtua jika anak yang mengalami kecelakaan.
Lingkungan yang aman tidak hanya mengenal ancaman dari luar tetapi area-area tajam misalnya di daerah preschool patut dihindarkan. Baik dari lingkungan yang kita sebut sebagai prepared environment yaitu bahwa semua peralatan di sekeliling anak-anak patutlah aman dan sesuai dengan usia mereka baik ketinggian, kegunaan maupun kekompleksan penggunaan peralatan.
“Selain itu faktor sangat besar lainnya yang mendukung keamanan dan kenyamanan anak dan orangtua di sekolah adalah jalur komunikasi yang sangat intensif lewat whatsapp maupun sms mengenai apapun keadaan yang terjadi pada anak dari pihak sekolah,” ujar Lidia.
Sebagai rumah kedua bagi anak-anak didik, adalah kewajiban semua sekolah untuk menjamin keselamatan, keamanan dan kenyamanan anak-anak didik tersebut. Berbagai peralatan teknologi hanyalah sarana pendukung bagi prepared environment, guru dan karyawan yang betul-betul menjadi orangtua kedua untuk menjamin keamanan dan kenyamanan anak. Kolaborasi orangtua dan guru hanya optimal saat tercipta saling kepercayaan baik dari segi keamanan, kenyamanan dan kerja sama yang aktif.  Pelatihan berkala terhadap bencana alam seperti banjir, gempa dan kebakaran pun dilakukan secara berkala setiap tahunnya baik untuk anak 1,5 tahun- 14 tahun di lingkungan Cendekia Harapan untuk menjamin anak-anak dan semua warga sekolah siap dengan keadaan darurat apapun.
“Di dunia yang makin serba tidak pasti ini, keamanan dan kenyamanan tak ternilai. Nyawa menjadi taruhan, uang dapat hilang dalam sekejap. Raga manusia berharga setara dengan jiwanya, tak dapat dibayar dengan asuransi atau security fund apapun,” tegas Lidia yang juga pengajar matematika dan psikologi ini. –Ngurah Budi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar