Jumat, 22 Januari 2016

Jaga Imunitas Hindari Flu Singapura



Musim pancaroba sudah terjadi. Kadang panas, kadang hujan. Musim yang tak menentu ini kadang membuat anak-anak mudah sakit. Salah satu penyakit yang banyak diderita anak-anak adalah flu singapura. Apa gejalanya dan bagaimana penanganannya?
Oga sudah tiga hari tidak sekolah. Ia sakit demam. Mulutnya juga sariawan. Ayah dan ibunya bingung karena baru kali ini sang buah hati menderita demam yang dibarengi dengan sariawan.  “Biasanya dia hanya demam saja atau sariawan saja. Kali ini malah keduanya. Makan saja susah. Bagaimana asupan nutrisinya,” ujar Bu Bian.
Kondisi Oga yang melemah ini kemudian diperiksakan ke dokter. Dari diagnose diketahui Oga menderita flu singapura. “Saya sempat heran, kami yang tidak pernah ke Singapura kok bisa kena flu singapura. Ternyata setelah diberi penjelasan oleh dokter, penyebabnya bukan karena datang dari Singapura,” ungkap perempuan yang bekerja sebagai PNS ini.
Istilah kedokteran flu singapura adalah hand foot and mout disease atau disingkat HFMD. Dalam Bahasa Indonesia disebut penyakit KTM (Kaki Tangan Mulut) karena salah satu ciri penyakit ini adalah adanya lepuhan pada kaki, tangan, dan mulut.
“Banyak pasien yang kaget ketika anaknya didiagnosa menderita flu singapura padahal belum pernah ke Singapura. Dulu penyakit ini pernah mewabah di Singapura hingga banyak sekolah dan fasilitas umum lainnya menjadi ditutup gara-gara penyakit ini. Sejak itu dikenalkan HFMD ini sebagai flu singapura,” jelas dr. Ni Made Sumiartini, Sp.A.
Dokter anak yang praktik di RSAD, RSIA Puri Bunda, dan Apotek Pandu Medika ini mengatakan saat ini kasus flu singapura yang diserita anak-anak cukup banyak. Flu singapura adalah penyakit infeksi virus yang menyebabkan luka seperti sariawan yang banyak pada bibir dan mulut bagian dalam. Luka lepuhan juga muncul di tangan, kaki, dan terkadang pada bokong atau daerah popok. Penyebab virus RNA famili Picornaviridae, Genus Enterovirus terdiri dari virus Coxsackie A, virus Coxsackie B, Echovirus dan Enterovirus.
Karena penyebabnya virus maka flu singapura ini mudah menular. Penularannya seperti penyakit flu yaitu melalui droplet saat bersin, air liur, tinja, dan cairan dari vesikel atau ekskreta. “Misalkan ada anak yang sakit flu singapura kemudian dia kontak dengan ibunya. Ibunya lalu kontak dengan temannya. Temannya ini punya anak. Saat temannya dan sang anak kontak, virus bisa terbawa. Penularan kontak tidak langsung bisa melalui barang-barang yang terkontaminasi oleh cairan tersebut. Penyakit ini umumnya menyerang balita usia 2 minggu sampai 5 tahun, namun ada kasus yang terjadi pada anak hingga usia 10 tahun,” jelas dr. Sumi.
Gejala flu singapura biasanya akan muncul 3 sampai 6 hari setelah anak terpapar atau terkena virus.  Ini merupakan masa inkubasi. Awalnya anak mengalami demam dengan suhu tubuh 101°F (38°C) sampai 103°F (39°C) disertai rewel atau lesu terkadang disertai pilek. Anak yang lebih besar biasanya mengeluh sakit tenggorokan. Ada juga bayi yang menolak ASI atau tidak mau minum apalagi makan lantaran sakit saat menelan. Satu atau dua hari berikutnya, muncul bintik-bintik merah yang kemudian menjadi luka atau lecet di mulut (bibir dan pipi bagian dalam, langit-langit dan tenggorokan) mirip sariawan kecil-kecil dan banyak. Muncul juga ruam berupa bintik-bintik merah datar atau timbul berisi cairan (vesikel) atau lepuhan, dan terkadang pecah menjadi lecet (ulkus). Ruam atau lepuhan ini biasanya terdapat pada telapak tangan dan telapak kaki; dapat juga muncul pada lutut, siku, bokong atau daerah genital.
Beberapa anak yang terinfeksi dengan virus flu singapura ini mungkin tidak mendapatkan semua gejala penyakit. Sebagian mungkin hanya mengalami ulkus mulut atau lepuhan pada kulit. Seperti halnya penyakit virus lainnya, penyakit flu singapura akan membaik sendiri tanpa pengobatan dalam kurun waktu 7-10 hari. “Pengobatan biasanya dilakukan dimana keluhan, misalnya sariawan, diberi obat untuk mengatasi sariawan. Kalau sariawan sembuh, anak bisa makan dan kebutuhan nutrisinya tercukupi. Ini membuat daya tahan tubuh lebih kuat. Kalau ada ruam-ruam, diberi salep. Biasanya saya berikan vitamin kepada pasien untuk meningkatkan daya tahaun tubuhnya. Antibiotik sangat jarang saya berikan,” tegas istri dr. Made Tangkas, SpOG ini.
Dokter Sumi menegaskan tidak ada vaksin yang dapat disuntikkan untuk melindungi terhadap virus yang menyebabkan flu singapura ini. Untuk mencegahnya, hal yang penting adalah menjaga sanitasi agar tetap bersih. Lingkungan yang bersih merupakan salah satu syarat hidup sehat. Kalau imunitas sudah kuat dan bagus, virus lebih sulit masuk tubuh. –Ngurah Budi


Tidak ada komentar:

Posting Komentar