Kamis, 21 Januari 2016

Hageng Pribadi: Sensasi "After Taste"



Menjadi barista dan menekuni dunia kopi tidak pernah dibayangkan Hageng Pribadi. Pria yang akrab disapa Hagi ini awalnya bekerja sebagai bartender. Namun, komplain dari sang ibu karena Hagi sering pulang pagi, membuat ia bantir stir menjadi barista. Ternyata ia menemukan passion di dunia kopi. Prestasinya pun lumayan. Ia menjadi juara 1 Cup Taster yang diadakan Speciality Coffee Association of Indonesia (SCAI) di ajang Indonesia Cup Taster Championship (ICTC) 2015. Sebagai juara 1, Hagi berhak mewakili Indonesia di World Cup Tasters Championship 2016 di Shanghai, Tiongkok.

"Saya lulus kuliah di Akademi Pariwisata Patria Wisata, Jakarta tahun 2004. Setelah lulus, kerja jadi bartender. Biasanya kerja sore, pulang pagi.  Ibu saya komplin, kok kerjanya kayak gini. Pulang-pulang bau alkohol. Saya pun mikir, apa ya pekerjaan yang cocok. Akhirnya mencoba jadi barista," ungkap pria kelahiran  Jakarta, 8 Juni 1983 ini.
Perubahan dari bartender ke barista ternyata tidak semudah membalikkan telapak tangan. Hagi yang biasa pulang pagi dan tidur sampai siang, sering terlambat masuk ke tempat kerja di Caswells, Jakarta. Dari tiga calon barista, ia paling sering terlambat. Hukumannya, disuruh mencoba espresso. Minum espresso berkali-kali membuat putra pasangan Dampit Wijaya-Lusy Widyastuti ini jatuh cinta kepada kopi.
Pria yang hobi main musik ini mulai menemukan hasrat pada kopi. Dulu ia minum kopi campur susu dan tahunya hanya minum saja. Tetapi, sejak kena hukuman itu, Hagi mulai mencari referensi apa saja kandungan dalam kopi. Artikel dari berbagai media termasuk internet ia baca untuk menambah pengetahuannya. "Tiap Selasa dan Jumat pagi ada tes cupping (uji citarasa). Para calon barista dites untuk melihat sejauh mana kemampuan  mereka. Pernah suatu ketika, saya diajak teman pergi sampai malam padahal besok paginya tes. Saat tes, saya deg-degan karena takut salah. Kami disuruh mengetes single origin. Tidak boleh salah. Dua jam yang sangat menyiksa. Saya pun mulai mengubah mindset dan mendalami kopi. Ada karakter spesial yang saya temukan dalam kopi," kenangnya.
Tahun 2012, Hagi liburan ke Bali. Ia punya saudara yang tinggal di Bali. Makin lama uangnya makin menipis. Ia pun melamar di Anomali Cafe, Seminyak. Kemampuannya sebagai barista menjadi modal untuk melamar di Anomali. Hagi pun diterima. Mulailah ja berkarier sebagai barista di kafe yang punya tagline Kopi Asli Indonesia ini.
Pengetahuannya tentang kopi terus meningkat. Suami Asni Yuniati dan ayah dari Gabriel Jaden Pribadi ini makin paham tiap single origin memiliki karakter yang berbeda. Indonesia memiliki banyak potensi. Di Bali sendiri ada kopi Kintamani yang memiliki kualitas paling bagus. Kecintaan Hagi kepada kopi membuatnya mendapat kesempatan ikut Q-grader class yang diadakan Specialty Coffee Association of America (SCAA) di Jakarta tahun 2014. Ia pun memiliki sertifikat Q-Grader. Sertifikat ini diberikan kepada barista yang sudah lulus uji citarasa kopi arabika.
"Saat merasakan kopi, ada kolaborasi antara hidung sebagai indra penciuman dan lidah sebagai indra pengecap. Kolaborasi inilah yang saya gunakan ketika menilai citarasa kopi. Selain itu, harus konsentrasi. Jangan sampai pikiran mempengaruhi rasa," ujarnya.
Kemampuan Hagi untuk menguji citarasa kopi ini dites di ajang Indonesia Cup Taster Championship (ICTC) 2015yang diselenggarakan ISCA. Di tingkat Provinsi Bali, kejuaraan dilaksanakan Mei 2015 di Nusa Dua. Hagi menjadi juara 2. Peserta yang dikirim ke Jakarta adalah juara 1 dan 2..
Untuk kategori cup taster, peserta disiapkan 8 set kopi yang terdiri dari masing-masing berisi 3 cup. Dari 3 cup ini, ada 1 yang berbeda. Peserta harus bisa menentukan mana kopi yang beda. Tiap set diberi waktu maksimal 8 menit. Hagi sebagai peserta yang paling banyak benar dan mendapat nilai tertinggi. Ia pun berhak mewakili Indonesia di ajang tingkat dunia yang akan digelar di Shanghai, Tiongkok, Maret 2016.

CINTAILAH KOPI INDONESIA
"Saat ini saya sedang mempersiapkan diri. Saya menjaga kondisi agar tetap fit, terus berlatih bersama tim, dan tidak lupa berdoa. Semoga bisa memberkikan prestasj maksimal untuk mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional," tegas pria yang sehari bisa minum kopi sampai tiga kali dan menjadikan kopi sebagai teman akrab.
Minum kopi baginya sangat spesial. Sensasi after taste yang ia rasakan paling mengesankan. Setelah selesai minum kopi, ada rasa yang tertinggal di mulut, bisa berupa rasa senang ataupun rasa sedih. Karena itulah ja paham bahwa kebiasaan minum kopi bukan hanya sekadar lifestyle atau ikut-ikutan tetapi harus dinikmati.
Ia pun mengaku tiap pagi biasa membuat kopi sendiri. “Kalau bangun kesiangan, tangan rasanya lemas. Istri saya pasti tahu, karena saya belum ngopi. Saya buat kopi tubruk, sederhana saja, cukup secangkir, setelah itu rasanya lebih enak,” ujarnya.
Bagi yang ingin mengenal kopi lebih dalam, Hagi dan tim Anomali Kafe memberi kesempatan tiap Kamis setelah waktu makan siang untuk tes cupping. Tes cupping ini gratis untuk  menguji kemampuan  indra penciuman  dan indra pengecap merasakan kopi.
Ia juga berpesan kepada generasi muda yang ingin menjadi barista, kenali dan cintai kopi-kopi Indonesia. “Dengan mencintai kopi asli Indonesia, kita bisa ikut membantu petani kopi,” tegasnya. –Ngurah Budi


1 komentar: