Menjadi barista dan menekuni dunia kopi tidak
pernah dibayangkan Hageng Pribadi. Pria yang akrab disapa Hagi ini awalnya
bekerja sebagai bartender. Namun, komplain dari sang ibu karena Hagi sering
pulang pagi, membuat ia bantir stir menjadi barista. Ternyata ia menemukan passion di dunia kopi. Prestasinya pun
lumayan. Ia menjadi juara 1 Cup Taster yang diadakan Speciality Coffee
Association of Indonesia (SCAI) di ajang Indonesia Cup Taster Championship
(ICTC) 2015. Sebagai juara 1, Hagi berhak mewakili Indonesia di World Cup
Tasters Championship 2016 di Shanghai, Tiongkok.
"Saya lulus kuliah di Akademi Pariwisata
Patria Wisata, Jakarta tahun 2004. Setelah lulus, kerja jadi bartender.
Biasanya kerja sore, pulang pagi. Ibu
saya komplin, kok kerjanya kayak
gini. Pulang-pulang bau alkohol. Saya pun mikir, apa ya pekerjaan yang cocok.
Akhirnya mencoba jadi barista," ungkap pria kelahiran Jakarta, 8 Juni 1983 ini.
Perubahan dari bartender ke barista ternyata
tidak semudah membalikkan telapak tangan. Hagi yang biasa pulang pagi dan tidur
sampai siang, sering terlambat masuk ke tempat kerja di Caswells, Jakarta. Dari
tiga calon barista, ia paling sering terlambat. Hukumannya, disuruh mencoba
espresso. Minum espresso berkali-kali membuat putra pasangan Dampit Wijaya-Lusy
Widyastuti ini jatuh cinta kepada kopi.
Pria yang hobi main musik ini mulai menemukan
hasrat pada kopi. Dulu ia minum kopi campur susu dan tahunya hanya minum saja.
Tetapi, sejak kena hukuman itu, Hagi mulai mencari referensi apa saja kandungan
dalam kopi. Artikel dari berbagai media termasuk internet ia baca untuk
menambah pengetahuannya. "Tiap Selasa dan Jumat pagi ada tes cupping (uji citarasa). Para calon
barista dites untuk melihat sejauh mana kemampuan mereka. Pernah suatu ketika, saya diajak
teman pergi sampai malam padahal besok paginya tes. Saat tes, saya deg-degan
karena takut salah. Kami disuruh mengetes single
origin. Tidak boleh salah. Dua jam yang sangat menyiksa. Saya pun mulai
mengubah mindset dan mendalami kopi.
Ada karakter spesial yang saya temukan dalam kopi," kenangnya.
Tahun 2012, Hagi liburan ke Bali. Ia punya
saudara yang tinggal di Bali. Makin lama uangnya makin menipis. Ia pun melamar
di Anomali Cafe, Seminyak. Kemampuannya sebagai barista menjadi modal untuk
melamar di Anomali. Hagi pun diterima. Mulailah ja berkarier sebagai barista di
kafe yang punya tagline Kopi Asli Indonesia ini.
Pengetahuannya tentang kopi terus meningkat.
Suami Asni Yuniati dan ayah dari Gabriel Jaden Pribadi ini makin paham tiap single origin memiliki karakter yang
berbeda. Indonesia memiliki banyak potensi. Di Bali sendiri ada kopi Kintamani
yang memiliki kualitas paling bagus. Kecintaan Hagi kepada kopi membuatnya
mendapat kesempatan ikut Q-grader class yang diadakan Specialty Coffee
Association of America (SCAA) di Jakarta tahun 2014. Ia pun memiliki sertifikat
Q-Grader. Sertifikat ini diberikan kepada barista yang sudah lulus uji citarasa
kopi arabika.
"Saat merasakan kopi, ada kolaborasi
antara hidung sebagai indra penciuman dan lidah sebagai indra pengecap.
Kolaborasi inilah yang saya gunakan ketika menilai citarasa kopi. Selain itu,
harus konsentrasi. Jangan sampai pikiran mempengaruhi rasa," ujarnya.
Kemampuan Hagi untuk menguji citarasa kopi ini
dites di ajang Indonesia Cup Taster Championship (ICTC) 2015yang
diselenggarakan ISCA. Di tingkat Provinsi Bali, kejuaraan dilaksanakan Mei 2015
di Nusa Dua. Hagi menjadi juara 2. Peserta yang dikirim ke Jakarta adalah juara
1 dan 2..
Untuk kategori cup taster, peserta disiapkan 8 set kopi yang terdiri dari
masing-masing berisi 3 cup. Dari 3 cup ini, ada 1 yang berbeda. Peserta
harus bisa menentukan mana kopi yang beda. Tiap set diberi waktu maksimal 8
menit. Hagi sebagai peserta yang paling banyak benar dan mendapat nilai
tertinggi. Ia pun berhak mewakili Indonesia di ajang tingkat dunia yang akan
digelar di Shanghai, Tiongkok, Maret 2016.
CINTAILAH
KOPI INDONESIA
"Saat ini saya sedang mempersiapkan diri.
Saya menjaga kondisi agar tetap fit, terus berlatih bersama tim, dan tidak lupa
berdoa. Semoga bisa memberkikan prestasj maksimal untuk mengharumkan nama
Indonesia di kancah internasional," tegas pria yang sehari bisa minum kopi
sampai tiga kali dan menjadikan kopi sebagai teman akrab.
Minum kopi baginya sangat spesial. Sensasi after taste yang ia rasakan paling
mengesankan. Setelah selesai minum kopi, ada rasa yang tertinggal di mulut,
bisa berupa rasa senang ataupun rasa sedih. Karena itulah ja paham bahwa
kebiasaan minum kopi bukan hanya sekadar lifestyle
atau ikut-ikutan tetapi harus dinikmati.
Ia pun mengaku tiap pagi biasa membuat kopi
sendiri. “Kalau bangun kesiangan, tangan rasanya lemas. Istri saya pasti tahu,
karena saya belum ngopi. Saya buat kopi tubruk, sederhana saja, cukup
secangkir, setelah itu rasanya lebih enak,” ujarnya.
Bagi yang ingin mengenal kopi lebih dalam, Hagi
dan tim Anomali Kafe memberi kesempatan tiap Kamis setelah waktu makan siang
untuk tes cupping. Tes cupping ini gratis untuk menguji kemampuan indra penciuman dan indra pengecap merasakan kopi.
Ia juga berpesan kepada generasi muda yang
ingin menjadi barista, kenali dan cintai kopi-kopi Indonesia. “Dengan mencintai
kopi asli Indonesia, kita bisa ikut membantu petani kopi,” tegasnya. –Ngurah
Budi
terimakasih mas Hagi untuk pencerahanya tentang kopi.
BalasHapus