Kamis, 21 Januari 2016

Luh Putu Sri Kasih: Kuncinya Pendekatan Kekeluargaan



Menekuni bidang pariwisata merupakan hal yang menyenangkan bagi Luh Putu Sri Kasih. Jika dihitung dari awal kariernya, ia sudah 30 tahun berkiprah di bidang ini. Posisinya kini Resort Manager Bagus Agro Pelaga. Apa kiat wanita asal Temukus, Buleleng ini bisa bertahan?

"Saya mahasiswa angkatan pertama D1 Pariwisata Unud, tamat 1986. Begitu tamat saya langsung bekerja di travel agent. Saat itu, mata kuliah kami memang lebih banyak tentang travel agent. Ternyata perkembanga  pariwisata sangat pesat, tidak hanya travel agent saja. Saya pun banyak belajar dari pengalaman," kenang Sri Kasih.
Sejak tahun 1986 ia sudah bergabung di Nusa Dua Bali Tours and Travel. Dari biro perjalanan yang berada di bawah grup Bagus Discovery ini, ia merambah ke Puri Bagus  Candidasa, Puri Bagus Manggis, Puri Bagus Lovina, Bagus Jati Ubud, dan kini Bagus Agro Pelaga. Untuk Puri Bagus Lovina, Bagus Jati Ubud, dan Bagus Agro Pelaga, Sri Kasih termasuk perintis karena ikut terlibat sejak awal pendirian.
Wanita kelahiran 13 November 1966 ini sangat menikmati dunia pariwisata. "Saya senang ngobrol dan tukar pengalaman. Tidak hanya dengan tamu, tetapi juga dengan staf. Karena banyak bergaul ini, membentuk karakter saya," ujar ibu dari L. Pt. Ratna Febrina, Made Bayu Kanaya, dan Nym. Galih Damara ini.
Sri Kasih mengakui ada tantangan ketika ia mulai bekerja, salah satunya keragaman karakter. Ia pun harus menyesuaikan diri dengan lingkungan, termasuk dengan masyarakat lokal di tempatnya bekerja. Kuncinya adalah pendekatan kekeluargaan. Ia tetap profesional namun tidak membatasi diri. Saat bekerja, harus bekerja dengan baik. Saat santai, ia tidak ingin ada jarak dengan staf. "Ibaratnya ibu dengan anak. Itulah yang saya jadikan pedoman. Walau dibilang tukang ngomel, bagi saya tidak masalah. Ini demi kebaikan bersama," ujarnya sembari tersenyum.
Sebagai wanita karier, Sri Kasih mengakui pekerjaan dan keluarga sama pentingnya. Anak pertama dan keduanya memilih bidang pariwisata seperti ibunya. Karena sama-sama sibuk, mereka pun jarang berkumpul. Hanya saat Hari Raya Nyepi ia bisa berkumpul dengan ketiga anaknya. Namun, komunikasi diantara mereka tetap terjalin.
"Anak-anak sering diskusi atau menanyakan hal yang berkaitan dengan pariwisata. Saya menganggap mereka partner kerja saya. Saya pun bisa belajar dari mereka. Harapan saya, mereka bisa berkarier dengan baik. Minimal seperti ibunya. Saya pun akan memberikan yang terbaik sebelum saya pensiun," ungkapnya.
Agar bisa bertahan hingga 30 tahun, Sri Kasih berbagi kiat. Ia mengaku orang yang easy going. Kalau mengalami kejenuhan, istirahatlah.  Biasanya ia memilih rehat sejenak atau libur beberapa hari. Jika sudah pulih, ia kembali bekerja seperti biasa. –Ngurah Budi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar