Keberadaan komunitas Tangan di Atas (TDA) makin eksis.
Komunitas yang terdiri dari para entrepreneur ini terus mengembangkan jangkauan
dengan tujuan mewadahi para wirausahawan muda. Harapan pun ditanamkan Mustofa Romdloni,
Presiden TDA.
TDA awalnya merupakan milis yang memiliki anggota sekitar 20
ribuan. Mayoritas berada di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan
Bekasi (Jabodetabek). Perkembangannya pun makin pesat dan kini sedang dilakukan
pendataan berapa yang masih aktif.
"Ada tiga tujuan utama yang ingin dicapai dengan
pembentukan TDA, yakni wirausahawan muda bisa belajar tentang bisnis, marketing, legalitas usaha dari
anggota yang lain (lesson), wirausahawan
muda bisa melakukan tindakan setelah belajar dan berbagi dengan anggota yang
lain dalam bentuk bazaar dan mentoring
(action), dan wirausahawan muda bisa memperoleh pengakuan terkait
usahanya (recognition). Jadi TDA ini
rumah bersama untuk tumbuh,” tegas Mustofa yang menjadi Presiden TDA periode
2015-2017 ini.
Ia menambahkan pertumbuhan yang diharapan sesuai dengan
jenjangnya. Misal dari usaha kecil menjadi usaha menengah kemudian usaha besar.
Semua itu bisa dipelajari dalam TDA. Kebersamaan ini bukan sekadar kumpul dan
ngobrol, tetapi diwujudkan dalam bentuk kegiatan bermanfaat. Agar bisa sukses,
ia memberikan kiat, harus sering sharing.
Sejak tahun 2013 TDA menyelenggarakan Pesta Wirausaha di
sejumlah kota. Untuk tahap awalnya, Pesta Wirausaha digelar di 10 kota. Pada
2015, lanjutnya, TDA mengadakan kegiatan ini di 22 kota termasuk di Denpasar.
Rencananya pada Mei 2016, sebuah kegiatan berskala nasional yaitu Pesta
Wirausaha Nasional digelar di Jakarta. Salah satu agendanya “Meet The
Investor”.
Presdir MR Corp ini pun menegaskan inspirasi bisnis bisa
didapatkan dimana saja. Bagi anggota senior wajib membantu juniornya. Bantuan
ini bisa berupa peluang kerja sama. “Kalau hal besar dilakukan sendiri, mungkin
berat rasanya. Tetapi kalau dikerjakan bersama-sama, akan terasa ringan,” ujar
pria asal Boyolali, Jawa Tengah ini.
Ia juga menegaskan era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) tidak
perlu ditakuti. Sarjana Teknik Kimia lulusan Universitas Diponegoro, Semarang
ini mengatakan kalangan wirausaha Indonesia siap bersaing asalkan bisa
meningkatkan kapabilitas. Visi dan misi bisnis harus jelas, segmentasi produk
harus jelas dan pemasaran baik offline maupun online juga harus jelas. “Jangan
anggap orang lain atau negara lain musuh, tetapi buat jaringan dengan mereka,”
ujarnya.
Mustofa pun mengingatkan masyarakat agar makin mencintai
produk buatan Indonesia. Jangan hanya bicara saja cinta produk Indonesia tetapi
membeli barang produk luar negeri. Itu artinya antara apa yang diucapkan beda
dengan yang dilakukan.
Pesatnya perkembangan e-commerce juga menjadi peluang untuk
memperluas pemasaran. Banyaknya aplikasi e-commerce mempermudah wirausahawan
muda untuk mempromosikan maupun menjual produk yang dihasilkan. –Ngurah Budi